23 September 2010

Alasan Untuk Tidak Sederhana

Tulisan yang sedang anda baca ini adalah rangkaian dari heksalogi kesederhanaan (halah). Menyambung cerita saya sebelumnya, tentang kesederhanaan, kali ini saya ingin berbagi tentang mengapa seseorang atau beberapa orang atau mungkin semua orang tidak sederhana.

Pertama, status sosial, sebagai seorang putra GM sebuah perusahaan multi nasional, pejabat eselon dua atau pengusaha batubara, pastinya kalau pulang atau pergi ke kantor naik avanza apalagi motor akan jadi gunjingan banyak pihak. terlebih kalau perusahaan memberikan fasilitas kredit mobil sampai plafon 300 juta atau diberi mobil dinas dengan merek toyota camry.

Kedua, kemudahan atau kelancaran urusan, kalau anda ke hotel mewah bintang 5 diamond untuk suatu pertemuan penting dengan sebuah taksi, xenia atau motor (seperti saya) pasti akan menemui kendala seperti tidak diterima di pos satpam, tidak dibukakan pintu di lobby hotel atau mungkin malah dikira bawahannya.

Ketiga, ukuran keberhasilan diri, seorang teman pernah berkata kepada saya, jika mau mengukur keberhasilan bisnis seseorang, lihatlah dari capaiannya. Contohnya kendaraannya, kantornya atau mungkin asetnya. Makanya pas pertemuan dengan client banyak yang datang dengan pakaian terbaik dan kendaraan terbaik, walau sebenarnya bisnisnya tidak lagi baik. :)

Untuk sekarang tiga alasan saja ya, nanti dilanjut lagi kalo saya sudah dapat mobil dinas, sekarang saya baru dapat baju dinas, jadi ceritanya juga cuma segitu. :D

Kesederhanaan Pemimpin

Indonesia adalah negara dengan banyak riwayat pemimpin, mulai dari pemimpin kultural hingga pemimpin pemerintahan. Raja-raja di solo adalah salah satu contoh pemimpin kultural di Indonesia, selain sebagai raja beliau juga sebagai pemegang rekor pemilik mercedes-benz pertama di Indonesia di tahun 1894. Bung Hatta adalah wakil presiden pertama di Republik Indonesia, mobil pertamannya adalah lunsuran dari pamannya berupa sedan putih bekas dengan nomor Rep 2. Namun itu belum semua, bung Hatta juga terkenal suka dengan sepatu bagus bermerek Bally, tetapi karena belum mampu membeli dan tidak meminta-minta ke pengusaha, beliau hanya mampu memandangnya di majalah luar negeri, mengguntingnya dan menyimpannya untuk dibeli kemudian hari. Sampai akhir hayatnya beliau tidak mampu membeli sepatu itu.

Mari kita lihat contoh yang lebih kecil, dosen saya dulu adalah lulusan Program Post Doctoral di Amerika Serikat, tetapi beliau pergi dan pulang mengajar naik angkot dan ditemani dengan payung kesayangannya. Pejabat-pejabat di suatu pemerintah daerah lain lagi, hobi mengoleksi sepeda motor besar adalah hal biasa, seorang kawan pernah mengatakan tetangganya punya lebih dari 30 moge di rumahnya (sebulan nggak habis dinaikin satu-satu).

Tidak peduli apakah manusianya seorang yang bejat atau pejabat, apakah ustad atau penjahat. Setiap orang pasti pengen hidup dalam kelebihan dan kenyamanan, tetapi kan Rasulullah sendiri mengajarkan pada kita untuk hidup dengan kesederhanaan, malah kesederhanaannya Rasulullah cukup ekstrim, sampai sering berpuasa dan tidur dengan alas tikar kasar, sampai berbekas di punggungnya. Penerus Rasulullahpun hidup dengan kesederhanaan yang tak kalah dengan gurunya.

Intinya saya hanya ingin memberikan contoh bahwa kesederhanaan adalah suatu pilihan, pilihan untuk dijalani dengan lapang dada atau dijalani dengan kutukan karena tidak mampu lulus dan hidup dalam kelebihan. Dengan bersyukur kita diberikan kesempatan menikmati kesederhanaan itu sendiri. Kalau memang sekarang hidup anda masih susah, jangan disesali kelak anda akan dihadapkan pada pilihan untuk punya harley atau naik angkot saja. :)

Kalau saya sih sudah bahagia dengan naik kereta pulang pergi ke kantor, toh saya juga belum bisa beli toyota fortuner atau toyota crown jatah menteri.

21 September 2010

Kesederhanaan

untuk kaum muda dengan idealisme
Kemarin kompol Arafat Enanie, seorang penyidik polisi dalam kasus suap pajak Gayus Tambunan divonis 5 tahun penjara dan pastinya akan dipecat dari dinas kepolisian. Kompol Arafat tinggal di Sawangan, daerah pinggiran Jakarta dengan keluarga kecilnya. Jika dilihat dari pangkat dan usianya kompol Arafat termasuk lulusan SMA tahun 1995, atau kira-kira 5 tahun di atas saya. Teman-teman SMA satu angkatan dengannya adalah mahasiswa yang berjuang di tahun 1998 untuk reformasi di Indonesia.
Arafat dinyatakan bersalah karena menerima Harley Davidson dan uang untuk pembelian rumah baru di Telaga Golf Sawangan. Ketika ditawarkan motor Harley tersebut, Arafat berkata, "kalau dikasih ya saya mau".  

Gaji pokok seorang anggota polisi dengan pangkat kompol adalah sekitar 2 juta rupiah, dengan tunjangan lain-lain dalam sebulan kira-kira take home pay-nya adalah 5-8 juta rupiah, dengan gaji sebesar itu seorang suami dapat memiliki sebuah rumah dan kendaraan sederhana (dengan menyicil tentunya).
Seorang Arafat dengan usia awal 30an yang bekerja sebagai polisi, tentu penghasilannya berbeda dengan seorang manager Exxon di Indonesia atau manager Amdocs dengan usia yang sama, malah perbedaannya bisa sampai 4 kali lipat. Tidak heran jika kemudian seorang polisi berpangkat kompol berkeinginan untuk bergaya hidup seperti manager Exxon kawan SMAnya dulu.
Kuncinya adalah kesederhanaan, jangan mengukur diri dengan orang lain. Jalani hidup dengan sebaik-baiknya, Achievement bukan hanya soal materi. Dengan sederhana bukan berarti kita akan terhina di dunia apalagi di akhirat.
Semoga puluhan tahun lagi, saya dapat mengenang tulisan ini dengan senyum bangga dan bukan dengan senyum malu.