12 June 2009

Nasehat Ust Rahmat Abdullah ke Pak Tif

“Jadi, akh Tif, berda’wah itu mirip dengan pekerjaan seorang petani. Biji yang ditanam tidak cukup hanya dibenamkan ke tanah lalu ditinggalkan. Kemudian kita berharap akan kembali pada suatu hari untuk memetik hasilnya.
Mustahil itu ! Mustahil !

Tanaman itu harus disiram setiap hari, dijaga, dipelihara, dipagari, bahkan kalau tunas-tunasnya mulai tumbuh, kita harus menungguinya, sebab burung-burung juga berminat pada pucuk-pucuk segar itu.

Jadi, para mad`u (pengikut da’wah) kita harus di-ri’ayah (dirawat), ditumbuhkan, diarahkan, dinasehati sampai dia benar-benar matang. Dijaga alur pembinaannya, ditanamkan motivasi-motivasi, dibangun keikhlasan mereka, didengarkan pendapat-pendapatnya, bahkan kita perlu sesekali bepergian dengannya. Agar kita memahami betul watak kader da’wah kita sebenarnya……”

sumber silmikaffa

3 comments:

Aldhino Anggorosesar said...

Jadi skrg persentase partisan lebih banyak daripada kader ya?

AIR said...

zid, analogi murobi yang terlalu bersemangat itu seperti petani yang terus menerus memberikan pupuk bagi tanamannya, kalau kebanyakan pupuk kan bisa mati tuh tanaman. Seharusnya dibiarkan juga untuk menyerap hal-hal lain dari sekitar lingkungannya (tidak hanya pupuk), biar bisa berkembang dengan sehat dan baik :P

Agus Rahmaddi said...

Lanjutkan akhi